Selasa, 01 Maret 2011

Ijinkan saya bertanya

Ini sebuah artikel yang ditulis oleh Sheikh Maulana Mas'ud Azhar, salah seorang tokoh jihad dan mujahidin dari Tanah Hindustan. Beliau pernah menyerta jihad di Afghan pada medio 1980, kemudian kembali ke negerinya, dan terlibat secara aktif dalam berdakwah, membina pemuda, dan mengorganisasi jihad fi sabilillah, khususnya di Tanah Kashmir. Beliau dikenal sebagai orator yang cerdas, penulis, dan pejuang yang tabah. Sempat dipenjara beberapa waktu oleh militer India.

Tulisan Beliau ini disadur dan diterjemahkan dari situs Islamicawakening.com, dengan judul "I Have A Question".

Semoga bermanfaat


Ijinkan saya bertanya

Ditulis oleh: Maulana Mas'ud Azhar


Di sebuah masjid. Sebuah khutbah yang menggugah hati tengah disampaikan. Khutbah ini mengalir begitu lancar, kuat, dan tajam. Para jamaah mendengarkan dengan tekun dan khusyu. Sang khatib berbicara dengan bahasa yang luwes, kadang ia mengutip ayat Al Quran dengan fasih dan merdu, di kali yang lain ia membacakan hadits nabi yang menelisik menembus kalbu para pendengarnya.



Kadang pembicaraan berbelok mendiskusikan masalah politik dan perkembangan terkini; pemilu distrik dan perkembangan dakwah parlemen. Kadang ceramah menukik menceritakan kisah gemilang teladan masa Shahabat Ridwanullahu 'alaihim. Syair urdu dan persia ikut melengkapi kisah sehingga membuat ceramahnya begitu berkesan. Kini sang maulana yang tengah berkhutbah menjadi semakin emosional. Kata-katanya bergetar dan memenuhi ruangan masjid, menyusup ke dalam relung kalbu para jamaah yang semakin khusyu dan tekun menyimak. Menggetarkan.



Orang-orang yang mendengarkan khutbah begitu membludak hingga masjid besar nan mewah itu tak dapat menampung jamaah. Orang-orang saling berdesak terutama di sekeliling mihrab. Semuanya hening, tidak ada yang berbicara. Semuanya berkonsentrasi menyimak kata-kata khutbah yang sangat menyentuh itu. Kadang suasana hening dipecahkan dengan teriakan slogan "Takbir!"…. Allahu Akbar!". Lalu diikuti dengan teriakan, "Bi Ruh bid Dam Nafdika Ya Islam!". Para pendengar yang tengah khusyu sontak ikut bertakbir dan meneriakkan slogan. Ini memberi kesempatan pada sang maulana untuk rehat sejenak. Kemudian kembali kata-katanya menggelegar menggetarkan masjid dan jamaahnya. Setiap orang berdoa agar ceramah ini dapat berlangsung terus sepanjang hari dan agar Allah memberi kekuatan kepada sang maulana yang tengah berkhutbah itu.



Tiba-tiba khutbah berhenti. Orang yang berkumpul bergumam dan berbicara. Orang-orang memusatkan perhatiannya kepada sang maulana dan menunggu khutbah selanjutnya. Hanya Allah yang mengetahui doa apa yang dipanjatkan sang maulana selama jeda yang tidak lama itu, karena setelah jeda itu ia kembali berkhutbah dan khutbahnya semakin bernas. Topiknya kini adalah tentang Syumuliyah (komprehensivitas) Din Islam. Ia menyampaikan kata-katanya dengan gaya yang khas,

"Jamaah sekalian yang dirahmati Allah, saya menyatakan dengan penuh keyakinan dan iman dan pernyataan saya ini jelas dan terang sejelas sinar matahari. Saya menyatakan bahwa Din Islam ini adalah ajaran yang lengkap dan komprehensif. Segala hal, baik itu mengenai urusan dunia maupun urusan akhirat, Islam memiliki solusinya. Dunia mungkin berubah, sikap masyarakat bisa berubah, budaya bisa berubah, tetapi Din kita ini memiliki solusi yang dapat menjawab tantangan setiap setiap era, setiap kebutuhan, setiap kelas masyarakat, dan juga solusi terbaik atas setiap budaya. Apakah itu masalah yang terkait dengan ibadah, atau pranata sosial, atau problem ekonomi, atau peradaban; Islam memiliki paradigma yang tetap. Apakah kita berjalan di atas angkasa atau menyelam ke dalam bumi sekalipun, kita akan temukan petunjuk Islam. Jika ada di antara anda sekalian yang masih memiliki keraguan, maka silakan ia menyampaikan pertanyaan dalam sesi diskusi setelah khutbah saya ini".



Dua sesi khutbah hari itu telah berlalu tetapi sedikitpun tidak tampak rasa lelah atau jemu di wajah para jamaah. Sang maulana mengakhiri khutbahnya dan mengumumkan, siapa yang ingin meninggalkan tempat dipersilakan, sementara panitia masjid tengah mempersiapkan sesi diskusi dalam suasana yang lebih informal. Tetapi tampaknya tidak ada seorangpun yang ingin pergi. Semua menunggu sesi diskusi dimulai.



Sesi diskusi pun dimulai. Kini sang maulana sudah turun dari mimbar dan ikut duduk bersila di tengah-tengah kumpulan massa. Seseorang berdiri dan berkata, "Islam telah menetapkan berbagai aturan yang dapat dilaksanakan oleh orang yang normal. Tapi bagaimana keadaannya untuk orang yang sakit seperti saya? Saya memiliki penyakit, hidung saya selalu mengeluarkan darah, sehingga saya tidak bisa menyempurnakan wudlu. Kadang terjadi darah mengalir dan mengotori baju saya, sehingga tidak pernah saya shalat melainkan pasti baju saya terkena najis dari darah saya. Saya merasa malu melaksanakan shalat dalam keadaan kotor seperti itu di hadapan Allah Rabbul 'alamin. Karena itu saya akhir-akhir ini sering tidak melaksanakan shalat. Bagaimana hukum syariat terhadap saya ini?"



Sang maulana mengusap janggutnya yang hampir memutih itu, lalu berkata dengan intonasi yang kuat, "Anda tetap tidak boleh meninggalkan shalat. Anda harus berwudlu dan melaksanakan shalat dan Allah memaafkan anda. Darah yang mengalir itu tidak membatalkan wudlu dan shalat anda".



Seorang yang lain berdiri dan berkata, "Saya ingin bertanya tentang isteri saya dan masalah haidhnya. Tapi saya merasa malu, sehingga saya ragu untuk bertanya". Sang pengkhutbah menjawab, "Anda tidak perlu malu bertanya masalah agama. Sungguh, syariah kita telah menetapkan aturan yang mendetail mengenai 'darah wanita'". Kemudian sang maulana meneruskan dengan menerangkan permasalahan yang ditanyakan tersebut dengan detail.



Sesi diskusi berlanjut dan setiap orang menikmatinya. Suasananya berlangsung hangat dan akrab. Sang maulana menjawab setiap pertanyaan dengan dalil dan hujjah yang kuat, sehingga memuaskan setiap orang. Para jamaah semakin menaruh kepercayaan kepadanya.



Tiba-tiba seseorang berdiri dari satu sudut masjid. Penampilannya kurus, di wajahnya terlihat jelas rona kekecewaan. Wajahnya dan bajunya lusuh kusut masai. Sebagian bajunya sobek-sobek. Umurnya sekitar 20 hingga 30. Kendati wajahnya terlihat lelah, orang-orang dapat merasakan nur memancar dari wajah pemuda lusuh ini. Pemuda ini berdiri dan berjalan mendekat. Kumpulan orang seperti tersibak. Terdengar gumam ketidaksetujuan beberapa jamaah terhadap anak muda lusuh ini. Sang pemuda kemudian berkata, "Tuan yang terhormat, apakah anda juga memiliki jawaban atas pertanyaan saya?". Suaranya lirih, tetapi mengandung kekuatan. Anak muda itu mengatakannya dengan bibir bergetar, sementara matanya mulai berkaca-kaca. Seketika ruang masjid yang besar itu menjadi hening.



Sang maulana memandang lurus ke arah anak muda itu. Ia dapat melihat selarik air mata mulai jatuh membelah wajah anak muda itu. Sang maulana kemudian tersenyum berusaha menenangkan. Ia lalu berkata, "Sampaikan pertanyaan Anda. Din kita memiliki solusi atas setiap masalah, insya Allah. Agama kita akan menolong setiap orang yang dalam kesusahan dan masalah. Alhamdulillah. Din kita pasti memberikan jalan keluar dari setiap bencana. Sampaikan pertanyaan anda, dan jangan takut".



Anak muda itu diam sejenak dan menenangkan dirinya. Kemudian ia berkata, "Saya akan memperkenalkan diri saya, sehingga anda semua dapat lebih mudah memahami permasalah saya ini. Saya datang dari sebuah lembah yang indah bernama Kashmir. Pertanyaan yang saya sampaikan tidaklah menyangkut persoalan pribadi. Saya berdiri di sini mewakili ummah. Akankah anda mengijinkan saya untuk berkata?"



Sang maulana menjawab dengan nada yang ramah dan hangat, "Ya, tentu! Anda juga memiliki hak untuk bicara. Bahkan kami layak menghormati anda karena anda adalah tamu kami".



Anak muda itu telah siap menyampaikan kata-katanya, tetapi air mata telah deras membasahi wajahnya. Ia berkata dengan suara bergetar, "Maulana yang saya hormati, dan saudara-saudara saya warga pakistan. Jangan kalian salah menyangka saya seorang pengemis karena penampilan saya. Saya berdiri di tengah anda semua, untuk menyampaikan permasalahan yang menyangkut diri saya dan kalian semuanya. Saya memohon agar anda dapat mendengar dengan khidmat, karena situasi yang sama bisa anda alami. Dan jangan menyangka kabar yang saya sampaikan sekedar kisah menjelang tidur. Sesungguhnya saya menyampaikan kebenaran.



Wahai Ulama! Pernyataan anda bahwa Din kita memiliki jawaban dan solusi atas setiap masalah telah mendorong saya untuk menyampaikan beberapa pertanyaan. Sebelum saya menyampaikan topik utama, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan lebih dulu. Saya berharap anda dapat menjawab secara jujur dan terbuka. Pertanyaan pertama saya adalah tentang kata 'Jihad' yang telah disebutkan begitu banyak dalan Quran dan hadits. Apa artinya?".



Sang maulana menjawab langsung, "Jihad berasal dari kata Juhd, yang artinya bersungguh-sungguh. Maka siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam Din masuk dalam kategori jihad. Apakah seseorang berdakwah, atau berparlemen, atau mengajarkan agama, atau menulis topik yang penting, atau menyampaikan khutbah. Semua masuk dalam kategori jihad".



Pemuda Kashmir itu kemudian berkata dengan suara yang kuat, "Wahai Tuan! Saya tidak bertanya tentang makna literal dari jihad atau dalam konteks umum. Tetapi saya bertanya tentang pengertian syar'i dari jihad. Saya bertanya tentang Jihad Fi Sabilillah, jihad yang juga diartikan dengan Qital (berperang). Saya bertanya tentang jihad yang membuat orang yang melakukannya pantas disebut Mujahid. Saya bertanya tentang jihad, yang ketika perintah ini diumumkan di jalan-jalan Madinah, para Shahabat Radliallahu'anhum segera bergegas mempersiapkan diri mereka dengan senjata dan berangkat ke medan perang. Saya bertanya tentang jihad, di mana Allah telah memerintahkan dalam salah satu ayat Quran agar Nabi mendesak orang-orang mu'min menunaikannya. Saya bertanya tentang jihad, yang hanya kepada orang yang melakukannya Allah menjanjikan satu dari dua kemenangan, syahadah, atau menang dan ghanimah.



Jihad yang saya maksudkan, adalah jihad yang tercantum dalam banyak kitab hadits shahih yang masyur. Imam Bukhari Rahimahullah mencantumkan tidak kurang dalam 241 bab berisi sekian banyak ahaadits dalam judul Jihad. Yang saya tanyakan adalah jihad, di mana Imam Muslim Rahmatullah menuliskan dalam kitab shahihnya lebih dari 100 bab di bawah judul Jihad, Imam Abu Daud mencantumkan 11 bab tentang keutamaan Jihad, Imam An Nasaa'i menulis 48 bab dalam kitabnya untuk dijadikan hujjah dan dalil wajibnya menunaikan jihad. Dan Imam Ibnu Majah menyebutkan tidak kurang dari 46 bab mengenai hal ini dalam sunannya.



Wahai Ulama! Jihad yang telah disebutkan dalam begitu banyak kitab yang ditulis oleh ulama-ulama besar muhadditsin ini, umumnya berisi seputar persenjataan, syuhada, membunuh dan terbunuh, kuda perang, panah dan melontar, intelijen, keutamaan para pejuang dan penempur, ribath dan berjaga-jaga, keutamaan terluka di Jalan Allah. Saya tidak mendapati apa-apa yang anda sebutkan, masuk dalam kategori jihad seperti yang dituliskan para ulama muhadditsin ini dalam kitab-kitab shahih mereka.



Saya bertanya kepada anda tentang jihad yang dengan itu Islam jadi mulia, jihad yang dengan itu Allah memisahkan mu'min shodiqun dengan munafiq, jihad yang dengan itu muslim diperintahkan memerangi negara kuffar dan membolehkan kita menebarkan teror ke wilayah orang-orang kafir, jihad yang dengan itu khilafah akan dapat tegak berdiri. Saya bertanya tentang jihad yang dengannya seluruh fitnah akan dihapuskan. Saya bertanya tentang jihad, yang dengannya Nabi kita shallallahu'alaihi wa salam dan para shahabatnya turut menyerta, jihad yang dengannya para malaikat turun dari langit, jihad yang dengannya disebutkan Huur al 'ain (bidadari Surga bermata jeli).



Saya mendengar bahwa Nabi menyertai Jihad ini tidak kurang dari 27 kali dan mengirimkan banyak ekspedisi terkait dengannya. Saya bertanya tentang jihad yang membuat Hazrat Kaab bin Malik Radliallahu'anhu harus diasingkan oleh para Shahabat lain karena lalai tidak menyertainya.



Saya bertanya tentang jihad yang berbicara tentang ribath, berbicara tentang kuda-kuda yang dipacu untuk mendobrak barikade musuh sehingga Allah Tertawa, darah yang mengalir dan darah itu menjadi harum mewangi, Jihad di mana "Mu'min membeli Jannah dengan diri dan hartanya…"



Kata-kata pemuda Kashmir itu menggema jelas, memenuhi ruangan masjid. Setiap orang menjadi takjub mendengarnya. Pemuda Kashmir itu melanjutkan, "Wahai Tuan! Saya bertanya tentang Jihad yang setiap bangsa dan ummat pasti akan dihinakan jika mereka melalaikannya. Saya bertanya tentang jihad yang disebutkan sebagai 'Dzarwatus Sanam' – puncak-puncak ketinggian dan perlindungan Din Islam".



Sejenak pemuda Kashmir tadi menghentikan kata-katanya. Seluruh ruangan masjid menjadi hening. Kini pandangan seluruh jamaah beralih menuju sang maulana yang duduk terdiam. Kepalanya menunduk dalam. Wajahnya tertangkup di antara kedua tangannya. Lama ia terdiam. Masjid jadi semakin hening. Kemudian sembari menarik nafas panjang ia mengangkat kepalanya dan menghadapkan wajahnya ke arah pemuda Kashmir, "Wahai Teman, anda telah berkata benar. Pengertian syar'i dari jihad adalah berperang, bertempur di Jalan Allah. Demikian pula ini menjadi pengertian sebagaimana yang dituliskan jumhur fuqoha dalam kitab-kitab fiqh mereka. Orang-orang kafir harus diajak memeluk Islam. Jika mereka menolak dakwah dan menolak membayar jizyah, maka mereka harus diperangi. Ini masuk dalam kategori Jihad fatah wa talab, jihad Ofensif. Bertempur dan berperang adalah bagian mayoritas dari makna sebenarnya dalam istilah Jihad Fi Sabilillah. Dan kenyataannya, seseorang Mujahid hanyalah mereka yang bertempur di medan perang untuk mempertahankan Islam.



Wahai teman! Jihad adalah salah satu kewajiban dalam Islam dan ia adalah salah satu kewajiban paling mulia. Orang yang mati karena menunaikannya boleh menyandang gelar Syuhada dan siapa saja yang dapat kembali pulang dalam keadaan hidup dipanggil dengan sebutan Ghazi. Jihad adalah satu-satunya jalan untuk meninggikan dan menegakkan kemuliaan Islam. Makna sesungguhnya jihad adalah mempersiapkan segala perlengkapan militer dan kekuatan senjata, lalu berangkat ke medan perang untuk menghancurkan kekuatan musuh-musuh Islam. Debu-debu dari medan jihad fi sabilillah yang menempel pada tubuh seseorang, maka Allah SWT haramkan api neraka menyentuh tubuh itu.



Wahai anak saudaraku! Apa yang engkau nukil bahwa para ulama muhadditsin mengartikan jihad dalam konteks berperang, juga sepenuhnya benar!"



Kini seluruh jamaah masjid jadi bertambah semakin hening. Kesemuanya tenggelam dalam pikiran yang dalam, dan merasakan sesuatu berkecamuk dalam pikiran dan qolbu mereka setelah menyimak untaian kata-kata jawaban dari sang maulana pengkhutbah. Baru kali ini rasanya mereka mendengar bahwa menantang musuh Islam dalam pertempuran adalah juga satu kewajiban, sama seperti kewajiban yang lain seperti shalat dan shoum; adalah juga satu bagian ibadah, sama seperti ibadah yang lain seperti berdakwah dan berhajji.



Sekilas rona puas menyaput di wajah sang pemuda Kashmir. Kemudian ia berkata, "Wahai maulana yang saya hormati! Saya sungguh berterima kasih kepada anda karena telah menyampaikan pengertian yang benar tentang jihad, sebagaimana yang dipahami, ditulis, maupun dibuktikan lewat teladan nyata amal mulia oleh para pendahulu kita kalangan Salafush Sholeh. Pertanyaan kedua saya, apakah kedudukan syariat atas Jihad itu? Apakah fardlu, wajib, sunnah, atau mustahab? Apakah ia satu amal yang penting atau tidak?"



Sang maulana berkata, "Syariat menetapkan ada dua pembagian Jihad. Jihad Tholab dan Jihad Difaa'. Jihad Tholab atau jihad ofensif, adalah setiap muslim wajib berdakwah kepada orang kafir untuk mengajak mereka memeluk Islam. Jika mereka menolak, maka mereka harus membayar jizyah. Jika mereka menolak juga, maka perang harus dilancarkan kepada mereka. Alasannya, adalah satu hal yang tidak mungkin, seorang kafir, seorang yang memberontak melawan kuasa Allah dan menolak Islam dapat bebas memerintah dan berkuasa di atas Bumi milik Allah. Jihad ini dilakukan umumnya bersama-sama dengan Sulthan. Jihad jenis ini hukumnya fardlu kifayah; jika ada sekelompok ummat telah menunaikannya, maka hal itu mewakili seluruh ummah.



Yang kedua adalah Jihad Difaa' atau jihad defensif. Jika orang-orang kafir telah menyerang dan memasuki negeri Islam, maka hukumnya fardlu 'ain atas seluruh penduduk negeri itu untuk menunaikan jihad hingga musuh dapat dihancurkan dan diusir keluar dari wilayah Islam. Jika umat Islam di sana tidak mencukupi, maka kewajiban fardlu 'ain tersebut meluas ke wilayah atau negeri sekitarnya. Dan jika mereka juga tidak mencukupi, entah karena mereka lemah, atau karena mereka enggan, maka fardlu 'ain meluas ke wilayah-wilayah selanjutnya dalam pola radius, hingga Jihad menjadi Fardlu 'Ain atas seluruh Ummat Islam dari belahan timur hingga ujung barat bumi ini. Jihad dikatakan fardlu 'ain, artinya wajib hukumnya atas setiap pribadi muslim. Ketika ia menjadi fardlu 'ain, maka tidak diperlukan ijin dari orang tua atau wali atau penjamin atau saran siapapun. Jihad menjadi fardlu 'ain ketika orang kafir memasuki dan menguasai sejengkal saja Bumi Islam, atau mereka melarang disebarkannya Da'wah, atau mereka menangkap atau memenjarakan satu saja orang muslim, atau ketika dua pasukan telah saling berhadapan di medan perang. Dan selamanya menjadi fardlu 'ain, sampai seluruh Bumi Islam dapat kembali dibebaskan, atau sampai Da'wah dapat kembali ditegakkan, atau sampai orang terakhir yang ditawan dapat diselamatkan. Jihad menjadi fardlu 'ain dalam kondisi-kondisi di atas. Hukum fardlu 'ain, barangsiapa melalaikannya, maka ia menjadi Fasiq (berdosa besar)".



Pemuda Kashmir itu berkata, "Wahai maulana yang saya hormati! Pertanyaan penting yang lain, apakah berperang di Jalan Allah itu satu kewajiban yang berlaku hanya untuk masa Rasulullah, atau ia berlaku juga atas seluruh muslim hingga ditegakkannya Hari Qiyamat? Saya juga ingin meminta penjelasan dari anda, apakah pertolongan Allah dan kekuatanNya yang menyertai para pejuang, akan berlaku sepanjang masa, atau berlaku untuk masa tertentu? Juga ayat Quran yang artinya, "Jika kalian tidak berangkat berjihad Allah akan menimpakan bencana kepada kalian". Juga hadits yang berbunyi kurang lebih; "Jika kalian telah menggandrungi dunia ini dan takut kepada kematian di Jalan Allah, maka bangsa-bangsa akan mengepung kalian seperti hewan buas mengelilingi seonggok daging di atas meja". Juga hadits lain yang menegaskan, "Jika kalian melalaikan Jihad, kalian akan ditimpa kehinaan". Semua pernyataan itu, apakah berlaku untuk satu era tertentu, atau ia berlaku sepanjang masa?"



Sang maulana menjawab, "Wahai sahabat muda! Jihad fi Sabilillah adalah salah satu kewajiban Islam. Bahkan seluruh kewajiban mendapat perlindungan melalui Jihad. Kewajiban ini berlaku sampai Hari Qiyamat. Nabi shallallahu'alaihi wa salam telah menetapkan, "Jihad akan terus berlangsung sampai Hari Qiyamat". Nabi juga menyatakan, "Akan senantiasa ada satu thoifah dari kalangan umatku yang berperang di atas Al Haq, … hingga tibanya Hari Qiyamat". Kita mendapati dari hadits-hadits yang berbicara tentang Thoifah Manshurah, bahwa ciri utama thoifah yang mendapatkan pertolongan Allah ini, bahwa mereka adalah thoifah yang berperang menantang kekuatan kuffar. Keberadaan mereka akan berlangsung sampai Hari Qiyamat. Pertolongan Allah akan selalu menyertai para Mujahid. Kapan saja para mujahid berangkat ke medan perang, ia tidak akan sendirian. Kuasa Allah akan menyertainya, apakah mujahid itu dalam keadaan kuat atau lemah, dalam keadaan banyak atau sedikit, dalam keadaan memiliki perlengkapan atau tidak. Allah Rabbul 'alamin akan berdiri menyertainya manakala ia berdiri menantang musuh kafir dengan hati dan niat yang tulus.



Wahai anak muda! Hadits-hadits yang anda sebutkan tadi, juga ayat Quran yang anda bacakan, kesemuanya benar. Allah memerintahkan kita berjihad, dan perintah itu tetap hingga Hari Qiyamat. Dari sini kita melihat, mengapa para ulama muhadditsin, juga para ulama fuqoha, dari kalangan Salafush Sholeh, belum pernah, bahkan tidak pernah, menulis atau mengabarkan bahwa kewajiban Jihad telah dicabut. Tetapi kemudian tentu, kaum penjajah, seperti Inggris, merancang berbagai makar, mengatasnamakan Nabi Shallallahu'alaihi wa salam yang mulia, untuk membiaskan, memudarkan, bahkan menghilangkan pemahaman yang benar tentang Jihad dari fikrah Umat Islam. Mereka mengkampanyekan bahwa Din Islam adalah agama perdamaian, Din Salaam. Dan ummat Islam adalah umat pencinta damai. Mereka mengkampanyekan, 'apa yang didapat orang muslim dengan berjihad? – selain kematian, kehilangan orang-orang dicinta, penderitaan, juga cap buruk bahwa kita umat teroris, bahwa Din ini disebarkan dengan paksaan, bahwa Nabi memegang Kitab dan Pedang, bahwa umat ini kelompok manusia yang haus darah… Ini semua mereka lakukan, sehingga kita menjadi lalai, dan kita melupakan kewajiban agama yang sangat penting ini, melupakan ibadah syar'i ini. Lalu pada saatnya, penjajah kafir itu dapat menumpas kita dengan mudah. Maka penjajah Inggris mendorong munculnya dajjal-dajjal – nabi palsu, seperti Mirza Qodiyani ini, yang mengumumkan bahwa kewajiban jihad telah dibatalkan".



Sang maulana terdiam setelah untaian kata-kata jawabannya selesai. Bersamaan dengan itu, ia telah menambahkan beberapa poin-poin baru dalam pemahaman para jamaahnya:



Berperang di Jalan Allah, Jihad Fi Sabilillah adalah salah satu kewajiban Islam, sama seperti kewajiban yang lain semisal shalat, shoum, zakat, hajji, berdakwah.

Kewajiban Jihad ini berlaku hingga Hari Qiyamat

Jika Ummat Islam melalaikan kewajiban Jihad, Allah SWT pasti akan menimpakan kehinaan atas mereka

Seseorang yang menolak atau membelokkan pengertian Jihad dalam konsep ini, maka ia menyelisihi pemahaman kalangan Salafush Sholeh. Lalu jika ia tidak memahami Islam seperti yang dipahami Salafush Sholeh, apakah masih bisa ia disebut seorang muslim?

Kaum kafir penjajah, seperti Inggris, menebarkan ghozwul fikr, salah satu caranya dengan menggunakan 'agen-agen' dari kalangan umat Islam sendiri, yang mengkampanyekan pemahaman yang menyelisihi dari pemahaman Salafush Sholeh. Contohnya nabi palsu Mirza Qodiyani yang mengumumkan kewajiban Jihad telah dicabut.



Sekali lagi, suara pemuda Kashmir memecahkan keheningan, "Beberapa hari telah berlalu semenjak saya meninggalkan Kashmir dan sampai di sini. Anda semua pasti telah mengetahui, bahwa Lembah Kashmir adalah kampung halaman dari ummat Islam. Kini, lembah nan subur itu telah berubah menjadi parit-parit api. Rakyat muslim Kashmir tengah berupaya untuk dimusnahkan, hanya karena mereka menjadi muslim. Serigala-serigala Hindu haus darah berkeliaran mencari mangsa dengan bebasnya. Sekolah-sekolah dibakar, dan anak-anak kami yang tak berdosa dicampakkan hidup-hidup ke tengah kobaran api. Masjid dan madrasah dihancurkan sementara jamaah dan santrinya dikurung di dalamnya.



Wahai maulana yang saya hormati! Kejahatan terbesar yang berlaku di lembah Kashmir adalah memeluk Din Islam. Dosa terbesar adalah jika anda terbukti seorang muslim. Para muslimah, saudari kita seiman, banyak yang menjadi janda. Tak sedikit kanak-kanak telah menjadi yatim.



Tuan yang terhormat! Penindasan yang terjadi di Kashmir telah sedemikian kejam dan bengis, hingga langit terguncang. Anda mungkin tidak akan percaya hal-hal buruk seperti ini terjadi di masa ini…. Yang mereka sukai, di antaranya adalah menghujamkan pipa besi ke arah kemaluan saudari muslimah kita – seperti yang dilakukan nenek moyang mereka dulu kepada Bunda Sumayyah, kemudian menembak kepalanya. Gadis-gadis terhormat diperkosa secara brutal sebelum dibantai.



Dalam situasi yang sangat kritis ini, kami, saudara seiman anda di Kashmir, telah melakukan segala hal yang kami bisa, kami korbankan segalanya yang kami punya, hingga anak-anak terakhir kami, hingga nyawa-nyawa terakhir kami, untuk membela Islam dan meninggikan panjiNya. Bahkan kaum perempuan kami ikut terjun berhadapan dengan orang kafir di medan tempur. Tuan, kami berperang untuk membela Islam dan melindungi Quran. Kami memahami musuh yang datang menyerang ini, mempersiapkan diri dengan persenjataan lengkap, kekuatan, teknologi, dan strategi. Dan mereka datang dengan membawa dendam membara yang dipendam berabad-abad yang lalu. Mereka datang ke lembah Kashmir, untuk menghapuskan Islam dan Ummatnya selama-lamanya dari lembah Kashmir.



Kami dalam keadaan lemah, tidak terlatih dan berpengalaman, serta tidak memiliki perlengkapan. Kami menghadapi medan pertempuran hanya menyandarkan diri kepada Allah Rabbul 'Alamin. Kami berpikir, seandainya semenjak awal kami diajarkan tentang kewajiban Jihad, hukumnya, serta persiapannya, sebagaimana Quran memerintahkan, niscaya kami, insya Allah, dapat mengimbangi kekuatan musuh dan memberi mereka pukulan telak. Selama ini yang diajarkan kepada kami, segala hal yang sifatnya baik, dan indah. Kita diajarkan tentang keutamaan dan fadlilah serta hukum dari wudlu, thaharoh, hajji, zakat, dll. Kita diajarkan tentang adab dan keutamaan menghormati yang tua dan mengayomi yang muda. Tapi kita tidak pernah diajarkan secara terbuka bagaimana hukum Islam yang sebenarnya ketika berurusan dengan musuh kuffar. Ternyata selama ini, ada yang tersembunyikan, yang belum diajarkan dengan benar, dari pemahaman para pendahulu kita kalangan Salafush Sholeh. Tidak semua ajaran mereka sampai kepada kita dengan semestinya, seperti yang mereka pahami dan mereka amalkan. Kita kemudian jadi terbiasa, dan tidak merasa malu atau berdosa, jika kita bersikap enggan atau jadi pengecut. Sementara kalangan Salaf memandang kepengecutan dan sikap tidak perduli, sebagai salah satu dosa besar.



Baru sekarang kami tahu, ternyata Nabi kita yang sangat santun itu, mendapat perintah dari Allah untuk berperang, dan mendesak umat Islam pengikutnya untuk berperang. Nabi kita memerintahkan umatnya untuk bertempur, dan Beliau sendiri ikut serta bertempur.



Inilah, mengapa orang-orang di Jaman mereka mampu meraih kemuliaan dan izzah. Mereka hidup dalam keadaan damai dan terhormat, tetapi kita tidak diberitahu tentang bagaimana mereka meraih kondisi terhormat itu. Seakan ayat Quran, dan warisan Nabi tentang hal ini baru kita dengar sekarang. Maka hari-hari ini, kita mempersaksikan penindasan musuh menimpa kita, padahal kita tidak menuntut kecuali yang menjadi hak kita. Kita mempersaksikan kehormatan muslimah saudara kita diperhinakan di depan mata kita. Sementara kita semua hanya bisa diam.



Tuan, anda mungkin tidak percaya, tetapi saudari muslimah kita ditelanjangi dengan paksa di depan mata saudaranya. Seorang ibu diperkosa di hadapan anak-anaknya, dan isteri diperkosa di depan suaminya.



Maulana yang terhormat! Seandainya saja semenjak awal kita diajarkan untuk bersiap, memahami hakikat pertempuran, dilatih menggunakan peralatan militer… seandainya saja semenjak awal kita diberitahu bahwa berlatih bertempur itu adalah salah satu kewajiban agama… jika memang ini merupakan salah satu kewajiban agama yang sangat penting, lantas mengapa seakan seluruh hal yang terkait dengan jihad ini disembunyikan dari kita, kalaupun diajarkan, umumnya dibiaskan dan dibelokkan pengertiannya, tidak seperti yang dipahami pendahulu kita Salafush Sholeh. Kini kita semua menanggung akibatnya karena melalaikan kewajiban ini.



Alhamdulillah, kini kami telah memulai Jihad fi Sabilillah, meskipun tidak memiliki senjata atau pengalaman. Kami menyandarkan diri kepada Allah. Juga kami menyandarkan diri kepada keyakinan, bahwa kami muslim, dan kami meyakini ikatan ukhuwah. Kami memiliki saudara di seluruh penjuru dunia yang jumlahnya lebih dari satu miliar. Kami meyakini saudara kami seiman tidak akan tinggal diam. Bukankah kita pemeluk Din yang sama seperti yang dipeluk oleh Komander Muhammad bin Qasim. Sementara Beliau Rahmatullah telah memimpin langsung satu armada yang dikerahkan dari Hijaz menuju Kabul hanya karena mendengar teriakan minta tolong seorang gadis muslimah. Bukankah kita pemeluk din yang sama seperti yang dipeluk Sulthan Al Mu'tasim, yang mengerahkan bala tentara besar untuk membebaskan hanya satu muslimah yang ditawan orang-orang Banu Asfar. Bukankah kita pengikut millah yang sama seperti millah Komander Thoriq bin Ziyad, yang telah mencatat penaklukan bersejarah di pantai Andalus untuk membawa keadilan bagi seorang perempuan kristen yang meminta pertolongan. Kita juga pemeluk din yang sama yang dipeluk Mahmud Ghaznawi dan Ahmad Shah Abdal, yang telah memimpin pasukan Islam dari Tanah Khurasan Afghanistan hingga memasuki India.



Kami menyakini sepenuhnya, atas dasar ikatan ukhuwah yang suci ini, bahwa jika tangis pilu dan rintih meminta pertolongan dari para bunda kita dan para saudari muslimah kita bergema dari celah-celah bukit Kashmir, maka para pemuda dan putra-putra Islam terbaik yang ada di Pakistan akan menjadi resah hatinya. Kami meyakini, tentu mereka akan terguncang dan marah jika mendengar adik-adik kecil mereka di Kashmir, yang dilemparkan dengan bengis ke tengah kobaran api.



Wahai maulana! Para bunda kami senantiasa menghibur anak-anaknya, ketika malam telah larut dan suasana mencekam karena penindasan; jangan bersedih dan jangan berputus asa. Malam kelam penindasan ini akan segera berakhir, insya Allah. Kalian akan lihat, bersama dengan terbitnya fajar di ufuk timur esok hari, seorang alim dari ummah ini, pengikut setia dari Nabi shallallahu’alaihi wa salam, seorang pemuda robbani dalam wujud Panglima Sholahuddin, memimpin sepuluh ribu tentara terbaik dari kaum yang sholeh, akan datang untuk membebaskan kita, menyingkirkan keterhinaan, dan mengembalikan kehormatan dan izzah kita.



Tuan, saya datang membawa pesan yang sama untuk seluruh saudara saya seiman, kaum muslim Pakistan. Saya ketuk pintu setiap orang, saya memohon, saya meminta, saya menyampaikan kepada mereka berdasarkan sumpah ikatan ukhuwah Islam yang suci, saya mengingatkan mereka dengan nama Allah yang agung, saya sampaikan kepada mereka peringatan akan bahaya besar, tetapi sedikit sekali orang yang mendengarkan. Beberapa orang jadi tersentuh hatinya dan menangis. Beberapa orang mengutuk aksi biadab orang Hindu. Beberapa orang membuktikan simpati mereka dengan menulis artikel tentang Kashmir di koran dan majalah. Beberapa mengorganisir aksi protes, atau konferensi solidaritas Kashmir, atau demonstrasi, membakar bendera India, mengibarkan bendera La ilaaha illa Allah, bertakbir dan memprotes, meneriakkan jihad, dan bernasyid. Tapi kesemua mereka setelah itu duduk diam. Merasa merasa telah cukup berjihad dan menunaikan kewajiban agama dan ukhuwah yang suci.



Tetapi musuh tetap membunuh bunda dan saudari kita muslimah Kashmir. Musuh tetap menghancurkan masjid-masjid dan membantai umat Islam. Kami mengucapkan rasa syukur dan terima kasih atas simpati yang dalam yang telah ditunjukkan oleh seluruh saudara kami warga Pakistan. Tetapi adakah cukup kesemua itu, dan apakah demikian yang diperintahkan Din kita? Kanak-kanak yatim kita membutuhkan lebih dari sekedar air mata simpati dan diskusi dalam konferensi untuk menolong nyawa mereka. Kaum tertindas, lembaran-lembaran Quran yang terbakar membutuhkan lebih dari sekedar demonstrasi atau ungkapan solidaritas atau aksi protes, agar mereka dapat kembali meraih kemerdekaan dan harga dirinya.



Maulana yang terhormat, dan saudaraku seiman! Apakah hukum agama kita dalam menghadapi kondisi sangat kritis ini? Pantaskah kita tetap berdiam di tempat kita? Pantaskah kita berkata, "Tunggu sebentar karena setiap amal ada aulawiyatnya, dan aulawiyat terikat dengan waqi'iyah dari tempat kita tinggal"? Atau kita berkata, "Kami memiliki kewajiban pula di negeri kami, dakwah, membina, dan ishlahul hukuma"? Atau kita berkata, "Tunggu dan bersabarlah kalian hingga nanti kami dapat menguasai negara di Pakistan, sehingga kami dapat mengirimkan pasukan kepada kalian"? Atau kita berkata, "Prioritas kami saat ini adalah memasuki dakwah parlemen dan pemilu distrik, tetapi kami insya Allah tidak pernah melupakan kalian"? Masihkah kita layak menyebut diri kita seorang muslim? Apakah ketetapan Islam atas kondisi dan masa seperti sekarang ini? Apakah hukum Islam yang berlaku menghadapi kondisi ini, atas diri kami dan seluruh umat Islam, atas diri kalian dan seluruh ummat Pakistan?



Pemuda Kashmir itu telah menyelesaikan kata-katanya, kata-kata yang telah membuat setiap hati terguncang, setiap perasaan iman tersentuh. Ruangan masjid yang besar itu dipenuhi dengan suara isak tangis. Di tiap-tiap sudut, orang-orang menangis, mengucapkan istirja kepada Allah, beristighfar dan memohon ampun, sebagian tidak sanggup menegakkan lagi kepala dan mukanya. Janggut, pipi, dan baju mereka basah oleh air mata. Sementara sang maulana pengkhutbah, menunduk sangat dalam. Ia menangis hingga terguncang dadanya. Berulang kali ia menggelengkan kepala sembari berdzikir, mengucapkan istirja, dan memohon ampun kepada Allah. Janggut dan bajunya basah oleh air mata.



Cukup lama isak tangis terdengar menggema di tiap sudut masjid. Tidak ada orang yang bicara. Hingga kemudian suara pemuda Kashmir kembali memecahkan keheningan, "Wahai Tuan sekalian! Jika Islam berhasil dihapuskan dari lembah Kashmir, maka penindasan yang sama akan berulang dan terjadi di Pakistan.



Ambisi orang-orang kafir Hindu tidak hanya terbatas pada Kashmir, tetapi mereka juga mengklaim bahwa Pakistan adalah bagian integral dari Pak Hindustan. Tuan maulana! Tidaklah kami sangsikan bahwa Islam adalah Din yang sempurna, syumul. Karena itu beritahukan kepada kami apa prosedur dan aturan Islam yang sejati yang harus kami lakukan untuk menjamin keselamatan dan perlindungan bagi Din yang sempurna ini beserta seluruh pengikutnya?"



Setelah sekian lama diam, sang maulana mulai menjawab dengan suara yang pelan, "Wahai anakku! Engkau telah membangkitkan emosi iman kami. Sungguh tidaklah diragukan, Islam telah mengatur secara jelas mengenai perintah Jihad ini, tetapi cinta kepada dunia, ambisi untuk hidup enak dan mewah, serta takut kematian telah melalaikan kita dari kewajiban yang penting ini.



Anak muda! Kenyataannya adalah kami belum mengalami langsung apa yang telah engkau alami. Kami hidup dalam suasana tenang dan damai, dalam kemewahan. Inilah mengapa hingga saat ini kami tidak pernah bisa benar-benar menyelami makna yang sejati dari Jihad itu. Kadang kami juga merasa bahwa Din Allah ini sedang diperhinakan, hukum Quran tidak ditegakkan, bahkan berada di bawah hukum yang lain. Di sini hukum Inggris lebih diterapkan ketimbang hukum Quran. Tetapi kita masih berfikir bahwa kehormatan kita masih terjaga, karena melihat kita masih dibolehkan shalat, berpuasa, dan berhajji.



Anak muda! Jihad hanya dapat dimengerti dengan benar oleh mereka yang menyaksikan dan mengalami langsung. Sementara kami hingga hari ini menyaksikan hanya dari kejauhan. Kita berkata, atau menulis, atau berdiskusi tentang jihad. Kita membicarakannya, di forum-forum, dalam lingkar-lingkar halaqoh, dalam demonstrasi. Kita menulis tentang jihad dalam buku, atau artikel, atau majalah. Tetapi mereka yang berbicara tentang jihad itu, berdiskusi tentang jihad itu, menulis dalam artikel atau buku, belum pernah mereka menembakkan satu butir pun peluru di jalan Allah, belum pernah menghabiskan barang sedetik ribath di parit jihad. Untuk menulis dengan pena, atau sekedar berkata, bukanlah suatu hal yang sulit. Tetapi seseorang yang menyaksikan anak perempuannya dinistakan di depan matanya, jika ia ditanya tentang apa kedudukan syariah dari jihad itu, tentu ia akan dapat menjawab dengan tepat.



Mata kita memang tidak buta. Tetapi kehidupan tenang dan damai yang melingkupi kita telah menumpulkan nurani.



Anakku! Saya juga mengakui bahwa tidak ada jalan yang sejati yang dapat mengembalikan kehormatan dan harga diri Din Islam dan umatnya, kecuali Jihad fi Sabilillah. Jika kita melalaikan kewajiban ini, maka musuh Islam akan leluasa menyebarkan kebathilan. Saya juga mengakui, di antara kewajiban ulama dan ahlul ilmi adalah menerangkan umat seluruhnya tentang faridlah ini, serta mendorong umat untuk melaksanakannya melalui kata-kata kita dan teladan nyata dari amal kita. Tapi hingga hari ini kami banyak melalaikannya, dengan berbagai alasan.



Beginilah kita, ketika orang kafir tengah menyerang dan menindas saudara kita di Bukhara dan Samarkand, para ulama Afghanistan masih saja sibuk memperdebatkan tentang definisi jihad, apakah fardlu kifayah atau fardlu 'ain, kondisi jihad, hukum syariah tentang jihad, dll. Ketika musuh menyerang dan menindas mereka, baru mereka mengerti apa arti jihad itu.



Anak muda! Semoga Allah membalasmu dengan pahala; karena engkau telah mengajarkan dan mengarahkan kami kepada jalan kemuliaan dan kemerdekaan. Dengan jalan ini kita berharap keridlaan Allah dan kecintaan rasulNya. Tanpa keraguan, kita menyatakan bahwa Rasulullah Muhammad saw adalah rasul pembawa damai, tetapi ia juga rasul yang menggenggam pedang dan panglima perang. Nabi kita maju ke medan perang, mengenakan baju besi dan menghunus senjata. Nabi kita juga memimpin langsung para shahabat di medan pertempuran. Jika masih ingin diakui sebagai pengikut nabi, maka kita juga harus meneladani jalan Beliau shallallahu'alaihi wasallam.



Wahai saudara-saudaraku warga Pakistan yang perwira! Sudah saatnya kita bersiap…. Persiapkanlah dengan segala kemampuanmu dari seluruh kekuatan… dan agar kita bersegera dan tidak menunda lagi. Kita akan berangkat ke Kashmir untuk melindungi dan menolong para ibunda kita dan saudara kita seiman. Dan kita akan mengorbankan seluruh milik kita hingga Allah ridla dan cinta. Insya Allah.



Ya Allah, tolonglah kami untuk memahami realitas, dan kewajiban kami atas Din dan ummah, tolonglah kami ya Allah, agar kami dapat menyerta dan melanjutkan perjuangan di JalanMu… Amin ya Rabbal 'alamin".





Maulana Mas'ud Azhar
Selengkapnya...

Minggu, 06 Februari 2011

doa

pernahkah kita berpikir mengapa kita berdoa?...apakah sebenarnya yang dimaksud doa?...

Doa adalah sebuah permintaan, harapan, dan rasa terima kasih kita kepada sang Khaliq ALLAH Swt...Seringkali doa tersebut kita lakukan saat kita merasa susah, tertindas, terluka,ataupun terlupakan... membuat doa yang kita ucapkan menjadi dengan sepenuh hati.Tetapi kerap kita lupa untuk melakukannya saat kita merasa senang, berhasil, ataupun tanpa sengaja mendapatkan keberuntungan.
Dalam berdoa seringkali kita ucapkan permintaan atau permohonan tentang suatu keadaan agar menjadi lebih baik dan segera terkabulkan sesuai dengan keinginan kita...dan sering kali juga kita merasa kecewa karena doa kita tidak pernah dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.
Tapi pernahkah kita berfikir, sesungguhnya kita yang sekarang adalah hasil dari sebuah doa orang tua, teman, ataupun orang lain dan bukan dari doa diri kita sendiri. Baik ataupun buruk hasil yang diterima oleh kita, jelas bahwa doa mereka lebih ikhlas dan diterima.

Tiga macam do'a dikabulkan tanpa diragukan lagi, yaitu doa

orang yang dizalimi, doa kedua orang tua, dan do'a seorang

musafir (yang berpergian untuk maksud dan tujuan baik). (HR.

Ahmad dan Abu Dawud)
Selengkapnya...

Sabtu, 05 Februari 2011

Filosofi yang menarik...

Filosofi Charles Schulz

Anda tdk perlu menjawab smua pertanyaan, bacalah dan dapatkan pesan berharga.
1. Nama 5 org terkaya didunia
2. Nama 5 pemenang tropy
3. Nama 5 miss america terakhir
4. Nama 5 org pemenang nobel
5. Name 5 org pemenang Academy Award
Intinya adalah, tidak ada seorangpun dr kita yg masih mengingatnya. Tepuk tangan telah sirna, penghargaan beralih.
Pencapaian telah dilupakan.
Ada kuis lain, lihatlah bagaimana anda mengerjakan yg ini :
1. Nama 5 guru yg telah membantu anda dlm perjalanan sukses anda disekolah
2. Nama 5 teman yg membantu anda dlm waktu sulit
3. Nama 5 org yg mengajarkan anda sesuatu yg berharga
4. Nama 5 org yg membuatmu merasa dihargai dan spesial.
5. Nama 5 org yg anda sangat menikmati waktu bersamanya.
Lebih mudah?
Pelajarannya : org2 yg membuat perbedaan didalam hidupmu bukanlah orang2 yg memenangkan penghargaan, tapi mereka adalah org2 yg peduli dan mengasihi anda dgn tulus.
Jadi, hargailah setiap saat yg anda miliki bersama org2 tersebut.
Karna waktu selalu berjalan dan kita tdk pernah tau apa yg akan terjadi ketika org2 tersebut dipindahkan Tuhan dr sisi kita.



Dari milis AirPutih
Selengkapnya...

aku pernah datang dan aku sangat patuh

sumber : http://bungacerita.blogspot.com

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah saya pernah datang dan saya sangat penurut.

Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya.
Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, "saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan". Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur
lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu
pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung
Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000 $. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang
kesanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. "Papa saya ingin mati". Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, "Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati". "Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah,
Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: "Setelah saya tidak ada,
kalau papa merindukan saya lihatlah melihat foto ini". Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara
detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamakannya
sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini". Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus
mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di-email bahkan menulis: "Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta."

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan
menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah
terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu
memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, "Anak yang baik". Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah
berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan
dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun
menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah
menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain.
Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut
fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: "Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati". Yu Yuan kemudia berkata : "Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati". Wartawan itupun menjawab, "Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik". Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat saya."

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu
Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada
sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas
sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,..... .. Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. "Sampai jumpa tante, kita
berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakana ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh". Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.

Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan
dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa
membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut
akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima
kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain.

Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar
kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita
dengan karangan bunga yang ditumupuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan "Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah.. ......... ...." demikian kata-kata dari seorang pemuda
tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.

Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa.
Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu
Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang
mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".

Kesimpulan:
Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati kita. Seorang anak
kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan Dunia. Walaupun hidup serba kekuarangan, Dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang Pengasih.
Selengkapnya...

Kisah perempuan miskin, Sapi tua dan Gaza

Kisah nyata ini terjadi di salah sebuah daerah di Yaman.Kisah penderitaan dan kepahitan yang dilalui oleh penduduk Gaza tersebar ke seantero dunia. Semua orang marah, benci, dendam dan sedih. Dimana korban kebanyakan adalah anak-anak kecil tak berdosa yang menjadi korban muntahan peluru sehingga darah membasah bumi tanpa henti.

Tragedi dahsyat ini juga sampai juga ke telinga seorang perempuan tua yang hidup miskin di salah sebuah kampung di Yaman. Sama seperti orang lain, dia juga turut sedih dan pilu sehingga berurai air mata. Lantas suatu hari, dia berusaha sekuat upaya untuk mencoba membantu sekadar semampunya. Kebetulan , ‘harta’ yang dia punya adalah seekor sapi tua, terlalu uzur, kurus dan sudah tidak bermaya.

Dengan semangat tinggi dan perasaan simpati amat sangat, dia berniat menyedekahkan Sapinya itu kepada penduduk Gaza lalu berjalan kaki dari rumah pergi ke salah sebuah masjid di Yaman sambil memegang sapi tunggal kesayangannya itu.

Kebetulan hari itu Jumaat dan para jemaah sudah mengerumuni pekarangan masjid untuk melaksanakan ibadat tersebut.

Ketika itu, betapa ramai yang melihat dan memperhatikan perempuan tua nan miskin dengan sapinya yang berada di sisi luar masjid. Ada yang mengangguk, ada yang menggeleng kepala. Tak terkecuali ada juga yang tersenyum sinis, tertawa, mengejek melihat perempuan miskin yang setia berdiri di sisi sapinya.

Masa berlalu, jemaah masjid walaupun khusyuk mendengar khutbah imam namun sesekali memperhatikan dua mahkhluk tuhan itu. Perempuan dan sapi itu masih di situ yang tanpa rasa malu atau segan diraut wajahnya.

Setelah imam turun dari mimbar, solat Jumaat kemudian dilakukan, biar dibakar terik mentari dan peluh menitis dan memercik di muka, perempuan dan sapi tua itu masih saja di situ.

Segera setelah jemaah selesai solat dan berdoa, tiba-tiba perempuan itu dengan tergesa-gesa menarik sapi itu membawanya ke depan pintu masjid sambil menanti dengan penuh
sabar tanpa mempedulikan jemaah yang keluar. Ramai juga orang yang tidak beranjak dan perasaan ingin tahu, apa yang bakal dilakukan oleh perempuan tua itu.

Tatkala imam masjid keluar, perempuan tua itu bingkas berkata :”Wahai imam, aku telah mendengar kisah sedih penduduk di Gaza. Aku seorang yang miskin tetapi aku bersimpati dan ingin membantu. Sudilah kau terima satu-satunya sapi yang ku punyai untuk dibawa ke Gaza, untuk di berikan kepada penduduk di sana.”

Gaduh seketika orang yang berada di masjid itu. Imam kaget dengan permintaan perempuan itu namun keberatan untuk menerima. Ya, bagaimana membawa sapi tua itu ke Gaza? Kemudian para jemaah mulai bercakap-cakap. Ada yang mengatakan tindakan itu tidak munasabah apalagi sapi itu sudah tua dan tiada harga.

“Tolonglah..bawalah sapi ini ke Gaza. Inilah saja yang aku punya. Aku ingin benar membantu mereka,” ulang perempuan yang tidak dikenali itu. Imam tadi masih keberatan.Masing-masing jemaah berkata-kata dan berbisik antara satu sama lain. Semua pandangan tertumpu kepada perempuan dan sapi tuanya itu.

Mata perempuan tua yang miskin itu sudah mulai berkaca dan berair namun tetap tidak beranjak dan terus merenung ke arah imam tersebut. Sunyi seketika suasana.

Tiba-tiba muncul seorang jemaah lalu bersuara mencetuskan idea: ”Tak mengapalah, biar aku beli sapi perempuan ini dengan harga 10,000 riyal dan bawa uang itu kemudian sedekahkanlah kepada penduduk di Gaza.

Imam kemudian nampak setuju. Perempuan miskin tua itu kemudian menyeka air matanya yang sudah tumpah. Dia membisu namun sepertinya setuju dengan pendapat jemaah itu.

Tiba-tiba bangkit pula seorang anak muda, memberi pandangan yang jauh lebih hebat lagi: ”Bagaimana kalau kita rama-ramai membuat tawaran tertinggi sambil bersedekah untuk membeli sapi ini dan duit nya nanti diserahkan ke Gaza?”

Perempuan itu terkejut, termasuk imam itu juga. Rupa-rupanya cetusan anak muda ini diterima semua orang. Kemudian dalam beberapa menit para jemaah berebut-rebut menyedekahkan uang mereka untuk dikumpulkan dengan cara lelang tertinggi.

Ada yang mulai menawar dari 10,000 ke 30,000 riyal dan berlanjutan untuk seketika. Suasana pekarangan masjid di Yaman itu menjadi riuh selama proses lelang sapi tersebut.

Akhirnya sapi tua, kurus dan tidak bermaya milik perempuan tua miskin itu dibeli dengan harga 500,000 riyal, setelah itu uang diserahkan kepada imam masjid, semua sepakat membuat keputusan itu, kemudian salah seorang jemaah berbicara kepada perempuan tua itu.

“Kami telah melelang sapi kamu dan telah mengumpulkan uang sejumlah 500,000 riyal untuk membeli sapi itu.

“Akan tetapi kami telah sepakat, uang yang terkumpul tadi diserahkan kepada imam untuk disampaikan kepada penduduk Gaza dan sapi itu kami hadiahkan kembali kepada kamu,” katanya sambil memperhatikan perempuan tua nan miskin itu yang kembali meneteskan air mata…gembira.

Tanpa diduga, Allah mentakdirkan segalanya, niat perempuan miskin itu untuk membantu meringankan beban penderitaan penduduk Palestina akhirnya tercapai dan dipermudahkan sehingga terkumpul uang yang banyak tanpa kehilangan “harta” satu-satunya yang ada . Subhanallah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ وَ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ نِيَّاتِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan amal-amal kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan niat kalian.” (shahih Muslim dan lainnya)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Barangsiapa yg bersedekah (walau) sebesar kurma dari usaha yg baik, dan Allah tidak menerima kecuali yg baik, dan Sungguh Allah swt menerimanya dg sambutan hangat, lalu melipat gandakannya untuk orang itu seperti kalian mengasuh bayi yg disusuinya, hingga sebesar gunung” (Shahih Bukhari)

Hikmah dari kisah ini adalah segala niat murni yang baik senantiasa mendapat perhitungan dan ganjaran Allah apalagi jika datang dari hati kecil seorang yang miskin yang mau membantu umat islam yang menderita akibat dizalimi rejim zionis israel, biarpun diri serba payah dan serba kekurangan. sesuai dengan Firman Allah Ta’ala,

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An Nisa’ [4] :114)

Semoga bermanfaat…….

(Kisah ini di ambil dari Timbalan Mursyidul Am PAS Dato’ Haron Din kepada Harakah daily melalui kisah nyata yang di terbitkan di sebuah majalah Arab)

Source : pondokhabib
Shared And Edited By Catatan Catatan Islami Pages
Selengkapnya...

Kisah sedih rakyat miskin...

Di ambil dari milis. Suatu kenyataan betapa egoisnya warga Jakarta, bahkan untuk sesuatu yang hukumnya Fadhu Kifayah seperti mengubur jenazah. Sebuah kenyataan yang sangat sedih.. :(

Salemba, Warta Kota

PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah.

Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta - Bogor pun geger

Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn).
Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.

Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. “Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari”. Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.

Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.

Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet. Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.

Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi Karen atidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor.

Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.

Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. “Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia”, ujarnya.

Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz, mengatakan peristiwa itu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini, pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin kata Wardah.

*** mohon maaf karena telah mengutip ulang berita ini***

* 3 tahun lalu
Selengkapnya...

Rabu, 19 Januari 2011

salah satu kisah teladan...

Khalifah Islam

Sejarah KeKhalifahan Islam

Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kaum muslimin agar mereka mengangkat seorang khalifah setelah beliau SAW wafat, yang dibai'at dengan bai'at syar'iy untuk memerintahkan kaum muslimin berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW. Menegakkan syari'at Allah, dan berjihad bersama kaum muslimin melawan musuh-musuh Allah.
Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya tidak ada Nabi setelah aku, dan akan ada para khalifah, dan banyak (jumlahnya)." para sahabat bertanya, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami? Nabi SAW menjawab, "penuhilah bai'at yang pertama, dan yang pertama. Dan Allah akan bertanya kepada mereka apa-apa yang mereka pimpin." (HR. MUSLIM) Rasulullah SAW berwasiat kepada kaum muslimin, agar jangan sampai ada masa tanpa adanya khalifah (yang memimpin kaum muslimin). Jika hal ini terjadi, dengan tiadanya seorang khalifah, maka wajib bagi kaum muslimin berupaya mengangkat khalifah yang baru, meskipun hal itu berakibat pada kematian.

Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa mati dan dipundaknya tidak membai'at Seorang imam (khalifah), maka matinya (seperti) mati (dalam keadaan) jahiliyyah."

Rasulullah SAW juga bersabda : "Jika kalian menyaksikan seorang khalifah, hendaklah kalian taat, walaupun (ia) memukul punggungmu. Sesungguhnya jika tidak ada khalifah, maka akan terjadi Kekacauan." (HR. THABARANI)

sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan (kepada kita) untuk taat kepada khalifah. Allah berfirman : "Hai orang-orang yang berfirman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu." (AN NISA :59)

Kaum muslimin telah menjaga wasiat Rasulullah SAW tersebut sepanjang 13 abad. Selama interval waktu itu, kaum muslimin tidak pernah menyaksikan suatu kehidupan tanpa ada (dipimpin) seorang khalifah yang mengatur urusan-urusan mereka. Ketika seorang khalifah meninggal atau diganti, ahlul halli wal 'aqdi segera mencari, memilih, dan menentukan pengganti khalifah terdahulu. Hal ini terus berlangsung pada masa-masa islam (saat itu). Setiap masa, kaum muslimin senantiasa menyaksikan bai'at kepada khalifah atas dasar taat. Ini dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga periode para Khalifah dari Dinasti 'Utsmaniyyah.

Kaum muslimin mengetahui bahwa khalifah pertama dalam sejarah Islam adalah Abu Bakar ra, akan tetapi mayoritas kaum muslimin saat ini, tidak mengetaui bahwa Sultan 'Abdul Majid II adalah khalifah terakhir yang dimiliki oleh umat Islam, pada masa lenyapnya Daulah Khilafah Islamiyyah akibat ulah Musthafa Kamal yang menghancurkan sistem kilafah dan meruntuhnya Dinasti 'Utsmaniyyah. Fenomena initerjadi pada tanggal 27 Rajab 1342 H.

Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri dari 5 orang khalifah dari khulafaur raasyidin, 14 khalifah dari dinasti Umayyah, 18 khalifah dari dinasti 'Abbasiyyah, diikuti dari Bani Buwaih 8 orang khalifah, dan dari Bani Saljuk 11 orang khalifah. Dari sini pusat pemerintahan dipindahkan ke kairo, yang dilanjutkan oleh 18 orang khalifah. Setelah itu khalifah berpindah kepada Bani 'Utsman. Dari Bani ini terdapat 30 orang khalifah. Umat masih mengetahui nama-nama para khulafaur rasyidin dibandingkan dengan yang lain. Walaupun mereka juga tidak lupa dengan Khalifah 'Umar bin 'Abd al-'Aziz, Harun al-rasyid, Sultan 'Abdul Majid, serta khalifah-khalifah yang masyur dikenal dalam sejarah.

Masa khulafaur Rasyidin

1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2.Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3.Utsman bin 'Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
5.Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)


Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

1.Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
2.Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
3.Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
4.Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
5.'Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
6.Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
7.Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
8.'Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
9.Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11.Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12.Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13.Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14.Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)



Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:


I. Dari Bani 'Abbas

1. Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)

2. Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)

3. Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)

4. Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)

5. Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)

6. Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)

7. Al-Ma'mun (tahun 198-217 H/813-833 M)

8. Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)

9. Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)

10. Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)

11. Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)

12. Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)

13. Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)

14. Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)

15. Al-Mu'tamad 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)

16. Al-Mu'tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)

17. Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)

18. .Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)


II. Dari Bani Buwaih 19.Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)

1. Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)

2. Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)

3. Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)

4. Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)

5. Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)

6. Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)

7. Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)


III. Dari Bani Saljuk

1. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)

2. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)

3. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)

4. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)

5. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)

6. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)

7. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)

8. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)

9. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)

10. Al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)

11. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)

Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, dan berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. kemudian mereka membai'at Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu'tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :

1. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)
2. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
3. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
4. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
5. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
6. al Mu'tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
7. Al Mutawakkil 'Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
8. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
9. Al Mu'tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10. Al Mutawakkil 'Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11. Al Musta'in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12. Al Mu'tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14. Al Qa'im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16. Al Mutawakkil 'Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17. al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18. Al Mutawakkil 'Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)

Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di anatolia, Kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya "Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemuadian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil "alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad keenam belas Masehi. nama-nama mereka adalah sebagai berikut:

1. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
2. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
3. salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
4. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
5. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
6. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
7. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
8. 'Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
9. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18. "Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20. 'Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24. 'Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25. "Abdul 'Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27. Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30. 'Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M)

Sekali lagi terjadi dalam sejarah kaum muslimin, hilangnya kekhalifahan. Sayangnya, kaum muslimin saat ini tidak terpengaruh, bahkan tidak peduli dengan runtuhnya kekhilafahan. Padahal menjaga kekhilafahan tergolong kewajiban yang sangat penting. Dengan lenyapnya institusi kekhilafahan, mengakibatkan goncangnya dunia Islam, dan memicu instabilitas di seluruh negeri Islam. Namun sangat disayangkan, tidak ada (pengaruh) apapun dalam diri umat, kecuali sebagian kecil saja.

Jika kaum muslimin pada saat terjadinya serangan pasukan Tartar ke negeri mereka, mereka sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa ada khalifah, maka umat Islam saat ini, telah hidup selama lebih dari 75 tahun tanpa keberadaan seorang khalifah. Seandainya negara-negara Barat tidak menjajah dunia Islam, dan seandainya tidak ada penguasa-penguasa muslim bayaran, seandainya tidak ada pengaruh tsaqofah, peradaban, dan berbagai persepsi kehidupan yang dipaksakan oleh Barat terhadap kaum muslimin, sungguh kembalinya kekhilafahan itu akan jauh lebih mudah. Akan tetapi kehendak Allah berlaku bagi ciptaanNya dan menetapkan umat ini hidup pada masa yang cukup lama.

Umat Islam saat ini hendaknya mulai rindu dengan kehidupan mulia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan Insya Allah Daulah Khilafah itu akan berdiri. Sebagaimana sabda Rasulullah "...kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi". Kami dalam hal ini tidak hanya yakin bahwa kekhilafahan akan tegak, lebih dari itu, kota Roma (sebagai pusat agama Nashrani) dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin setelah dikalahkannya Konstantinopel yang sekarang menjadi Istambul. Begitu pula daratan Eropa, Amerika, dan Rusia akan dikalahkan. Kemudian Daulah Khilafah Islamiyah akan menguasai seluruh dunia setelah berdirinya pusat Daulah Khilafah. Sungguh hal ini dapat terwujud dengan Izin Allah. Kita akan menyaksikannya dalam waktu yang sangat dekat.

sumber Islamuda.com
Selengkapnya...

Kamis, 06 Januari 2011

Kawan

Sebuah lagu untuk kawan - kawan yang sudah lama tidak bertemu...

KAWAN

Bagaimanakah kabarmu disana hai kawan
Benarkah kau disana selalu baik - baik saja...

Sudah sekian lamanya kita tak bertemu
Bertatap muka dan bercengkrama
Mencoba tuk habiskan waktu, seperti dulu...

Reff  ;  Masihkah kau ingat semua yang kita alami            
             Jadi dewasa apa adanya kita bersama

Tapi tak mengapa jika kau sedikit lupakanku
Wajarlah kiranya manusia miliki sifat itu...

Sudah sekian lamanya kita tak bertemu
Bertatap muka dan bercengkrama
Mencoba tuk habiskan waktu, seperti dulu...

Reff  ;  Masihkah kau ingat semua yang kita alami
           Jadi dewasa apa adanya kita bersama

KAWAN.mp3
Selengkapnya...

Rabu, 05 Januari 2011

Sepedahku berdebu...

Setelah hampir 8 bulan tidak bersepeda (ngontel)...akhirnya tadi sekitar jam setengah empatan saya di sms teman2 dari Horrex (sebuah perkumpulan sepedah ontel di jember) untuk ngumpul di sirkuit bmx belakang gedung soetardjo...senang rasanya...tapi cuapek banget (akibat kurang berolahraga, merokok yang ngebes dan tiap hari melekan)...hehe...Tapi sebelum itu...

Saat mau berangkat ngontel biasanya saya mengecek kondisi sepeda terlebih dahulu sebelum dipakai, eh...ternyata bannya kempes semua...cukup lama nggak ada yang menaikinya. catnya pun tertutup debu sebagian, tak hanya itu...laba - laba juga ada yang bersarang di rangka si Bleki....oh iya, Bleki adalah nama sepeda saya...hehe...

Kasihan si Bleki...sangat kotor dan tidak terawat saya lihat...

Setelah selesai memompa ban sepeda, dan tahu tidak ada yang bocor, saya bergegas mengambil sehelai kain setengeh kotor yang ada dipojok garasi, dan kemudian mengelap seluruh permukaan tubuh si Bleki hingga debu dan sarang laba - labanya hilang...(maaf ya laba - laba...bikin sarang lagi ya...tapi jangan disini...)...nah...sekarang sudah mengkilap lagi catnya, seperti dulu...

Ternyata debu tadi memiliki fungsi juga selain membuat kotor...tapi juga bisa melindungi cat agar tidak cepat kusam...hehe...

Sering kita akan merasa sedikit jengkel apabila barang kesayangan ataupun diri kita sendiri terkena kotoran...yang membuat kita harus bersusah susah lagi untuk membersihkannya.Ternyata debu juga memiliki fungsi sendiri - sendiri. Contohnya seperti debu yang menghinggapi si Bleki tadi...ataupun juga, debu saat kita bertayamum, jika suatu ketika kesulitan air

Debu memang identik dengan tidak bersih alias kotor...tapi jika tidak ada debu ataupun kotoran, kita tidak akan pernah belajar untuk bersih - bersih...
Seseorang ataupun sesuatu yang tampak kotor diluarnya, belum tentu tidak bersih atau jelek didalamnya...itu menurut pengalaman saya.

catatan ; ngontel (bahasa jawa) = mengayuh sepeda
              sepedah ontel = sepeda kayuh, sepeda tanpa mesin, hemat energi, bebas polusi dan polisi...hehehe




Kenalkan ...nama saya Bleki...
Selengkapnya...

Senin, 03 Januari 2011

Seminggu setelah itu...

Setelah habis mengobrol dengan ayah mertua sekitar seminggu yang lalu, saya mencoba memikirkan lagi apa yang beliau tuturkan...

ALLAH pasti punya maksud tertentu jika menunda sesuatu yang menjadi permintaan kita...

Seringkali saya bertanya pada diri sendiri, mengapa belum saatnya saya seperti ini...mengapa belum saatnya saya seperti itu...ataukah ini bukan jalan saya?

Manusia memang tidak lepas dari rasa kurang sabar dan terlalu cepat mengambil keputusan...contohnya seperti saya sendiri tentunya.

Adakalanya kita merasa TUHAN tidak mendengar apa yang kita ucapkan dalam sebuah doa, karena mungkin...(aku orangnya seperti ini...mana mungkin TUHAN mau mengabulkan keinginanku...)

Padahal sebenarnya TUHAN sangatlah adil dalam menerima doa setiap hambanya, dengan tidak memandang status sosialnya baik itu para pejabat atau pengemis, kyai ataupun penjahat, sama saja kedudukannya di mata TUHAN. Yang membedakan hanyalah ikhlas dan tidaknya kita dalam berdoa, mengerti atau tidak nya fungsi kita sebagai hambanya...

Jika saja doa - doa kita tidak terkabul, mungkin saja TUHAN bermaksud memberitahu bahwa itu bukanlah pilihan yang baik untuk kita, atau dengan alasan, TUHAN bermaksud mencerdaskan hambanya dengan memberikan jalan yang sulit kita lalui sebagai ujian.

Dan TUHAN pasti akan memberikan yang terbaik untuk hambanya melalui jalan yang tidak kita sangka sangka sebelumnya...

Doa dan segala macam usaha sangatlah perlu dilakukan, sepanjang kita mau dan mampu melakukannya...Tapi tak bisa kita pungkiri, semua keputusan hanya bisa kita kembalikan pada-NYA...ALLAH SWT
Selengkapnya...